Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Selandia Baru menghadapi ancaman kesehatan yang signifikan karena polusi udara. Informasi ini bersumber dari laporan Health and Air Pollution in New Zealand (HAPINZ) 3.0 yang dirilis pada Juli 2022.
Studi ini terutama berfokus pada dua polutan: partikel halus, yang dikenal sebagai PM2.5, dan gas yang disebut nitrogen dioksida (NO2). Sumber utama PM2.5 di lingkungan adalah kebakaran rumah, mobil, debu, dan pabrik. Di sisi lain, sebagian besar NO2 dipancarkan oleh mobil.
Implikasi kesehatan dari polutan ini mengkhawatirkan. Pada tahun 2016, polusi udara menyebabkan 3.317 kematian dini. Selanjutnya, 13.155 orang dirawat di rumah sakit, dan ada 13.229 kasus asma yang dilaporkan pada anak-anak.
Mobil dan kebakaran domestik telah diidentifikasi sebagai kontributor utama masalah polusi udara yang mendesak ini. Dari total kematian terkait polusi pada tahun 2016, mobil bertanggung jawab atas 2.247, sedangkan kebakaran rumah menyumbang 962.
Secara finansial, dampaknya juga mencolok. Perkiraan biaya kesehatan dan kemunduran terkait lainnya karena polusi udara pada tahun 2016 adalah $15,6 miliar.
Secara geografis, Auckland dan Christchurch mengalami jumlah kematian akibat polusi tertinggi. Namun, dalam hal tingkat, Pulau Selatan sangat terpengaruh dengan persentase kematian dini yang tinggi karena kualitas udara yang buruk.
Studi ini lebih lanjut mengungkapkan peningkatan dampak kesehatan dari polusi udara dari 2006 hingga 2016, dengan NO2 menjadi faktor signifikan dalam peningkatan ini. Fakta yang memprihatinkan adalah bahwa pada tahun 2016, 81% populasi Selandia Baru tinggal di daerah dengan tingkat PM2.5 yang berbahaya. Orang Pasifik adalah yang paling terpapar PM2.5 dan NO2.
Laporan tersebut menyoroti kebutuhan mendesak bagi Selandia Baru untuk mengatasi kualitas udaranya untuk menjaga kesehatan masyarakat. Untuk akun terperinci, laporan HAPINZ 3.0 tersedia secara online
.