Letnan Kolonel Emily Hume dan timnya di Sudan Selatan bekerja keras untuk mempersiapkan pemilihan penting mendatang sambil juga berusaha mencegah krisis kemanusiaan di utara negara itu. Sudan Selatan, sebuah negara Afrika, menghadapi banyak masalah termasuk ketidakstabilan politik, perang saudara, krisis kemanusiaan, konflik etnis dan suku, dan masalah ekonomi.
Misi PBB di Sudan Selatan, yang merupakan misi penjaga perdamaian terbesar di dunia, memiliki sekitar 18.000 personel. Letnan Kolonel Hume, yang berasal dari Selandia Baru, adalah perwira nasional senior di lapangan. Dia bertanggung jawab atas kesejahteraan tim Selandia Baru, yang bekerja dengan mitra militer dari negara lain, Polisi PBB, warga sipil PBB, dan badan-badan kemanusiaan. Tujuan mereka adalah untuk memantau perjanjian damai, melindungi warga sipil, dan membantu memberikan bantuan.
Letnan Kolonel Hume telah dikerahkan ke luar negeri tiga kali, dengan misi sebelumnya di Kepulauan Solomon dan Lebanon. Sekarang, pada usia 36 tahun, dia adalah wakil kepala yang bertanggung jawab atas perencanaan jangka panjang untuk 14.000 personel militer PBB di Sudan Selatan. Dia juga berkomunikasi dengan tim di seluruh Sudan Selatan, markas misi, dan markas besar PBB di New York.
Salah satu tugas pertamanya di Sudan Selatan adalah memimpin penelitian untuk melihat apakah misi tersebut memiliki sumber daya militer yang cukup untuk menyelesaikan tugasnya. Pengalaman ini memberinya pemahaman yang lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi oleh tim di lapangan, termasuk menangani meningkatnya ketegangan di negara dengan infrastruktur terbatas dan tidak ada sistem peringatan dini.
Bagian yang paling menantang dari penempatannya adalah melihat kemiskinan dan kesulitan yang dialami banyak orang Sudan Selatan. Dia mengatakan bahwa sekitar 8,3 juta dari 11 juta orang di negara itu bergantung pada bantuan kemanusiaan. Situasi ini semakin memburuk sejak konflik pecah di negara tetangga Sudan pada bulan April.
PBB bekerja keras untuk mencegah krisis kemanusiaan di daerah-daerah dekat Sudan, yang telah melihat lonjakan orang yang kembali ke Sudan Selatan, pengungsi, dan pengungsi internal yang melarikan diri dari kekerasan. Pada saat yang sama, mereka sedang mempersiapkan pemilihan umum pertama negara itu sejak memperoleh kemerdekaan pada tahun 2011, yang direncanakan untuk tahun depan.
Letnan Kolonel Hume percaya bahwa penting bagi Selandia Baru untuk mendukung Sudan Selatan karena kehidupan sangat sulit bagi banyak orang di sana. Dia mengatakan bagian yang paling bermanfaat dari pekerjaannya adalah melihat dampak positif PBB terhadap masyarakat, apakah itu menyediakan air bersih, mendukung sekolah lokal, membangun kembali penjara, atau meminta orang bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Selandia Baru telah mendukung upaya perdamaian di Sudan Selatan melalui misi ini sejak 2011. Sebelum Sudan Selatan merdeka, Selandia Baru juga menyumbangkan personel untuk Misi PBB di Sudan dari 2005 hingga 2011.