Simposium Beyond COP21 pertama di Oceania bertujuan untuk menginspirasi kaum muda untuk membayangkan masa depan yang lebih berkelanjutan. Sekolah Hijau di Taranaki menyambut 150 siswa sekolah menengah dan menengah dari seluruh negeri untuk berpartisipasi dalam diskusi, lokakarya, dan presentasi terkait dengan Kesepakatan Iklim Paris dan Tujuan Pembangunan Keberlanjutan PBB.
D’Arcy Lunn, kepala keberlanjutan dan kewarganegaraan global di Education in Motion, menyatakan bahwa acara ini adalah tentang menumbuhkan komitmen untuk memperbaiki keadaan. Dia mengungkapkan kekagumannya terhadap kemampuan kaum muda untuk mengubah ide-ide menjadi dampak global yang positif.
Lunn berharap para peserta muda akan membentuk jaringan seumur hidup. Dia menekankan bahwa acara ini bukan tentang menyusun rencana langsung yang mengubah dunia, tetapi tentang menumbuhkan tekad untuk terbuka untuk membuat perubahan di komunitas mereka.
Simposium Beyond COP21 pertama kali diadakan di Dubai pada tahun 2016 dan sejak itu berlangsung di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Utara dan Selatan. Pembicara di Sekolah Hijau termasuk salah satu pemimpin Parti Hijau Chlöe Swarbrick, aktivis iklim Indonesia Melati Wijsen, dan Taranaki advokat untuk ketahanan kai dan Mātauranga Māori, Pounamu Skelton.
Siswa mengungkapkan kegembiraan mereka tentang acara tersebut, dengan banyak yang menantikan lokakarya dan kesempatan untuk terhubung dengan rekan-rekan yang berpikiran sama. Mereka juga menekankan pentingnya mulai berpikir tentang keberlanjutan di awal kehidupan, sehingga mereka dapat mengambil tindakan seiring bertambahnya usia.
Marlene Lewis, koordinator Environ di Stratford Primary, mengatakan simposium itu adalah kesempatan fantastis bagi murid-muridnya. Dia percaya bahwa setiap individu secara global dapat membuat perbedaan dalam mengatasi perubahan iklim dan pemanasan global.