Aplikasi ponsel yang menghubungkan pelanggan dengan makanan berlebih dari restoran berkembang di South Island.
Foodprint diluncurkan pada tahun 2019 dan kini telah memiliki 350 restoran di seluruh negeri di aplikasi seluler, di mana orang dapat membeli makanan yang akan terbuang percuma.
Pendiri dan direktur Michal Garvey mengatakan Foodprint menawarkan kafe, restoran, dan bisnis perhotelan lainnya sebuah platform untuk menjual makanan yang berlebih dan tidak sempurna dengan harga diskon agar tidak terbuang sia-sia.
Garvey memulai aplikasi mobile ini setelah menyadari bahwa perhotelan dan peritel makanan sering kali tidak dilibatkan dalam layanan penyelamatan makanan tradisional.
Data menunjukkan hampir 50.000 ton makanan terbuang oleh sektor perhotelan dan ritel setiap tahunnya di Selandia Baru, lebih dari setengahnya masih dapat dimakan.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Otago dan Love Food Hate Waste menemukan bahwa lebih dari 60 persen makanan yang terbuang dari sebagian besar bisnis perhotelan sebenarnya masih dapat dimakan.
Garvey mengatakan umpan balik dari restoran yang menggunakan aplikasi ini adalah bahwa aplikasi ini membantu mengurangi limbah makanan dan mempertahankan nilai moneter dari makanan yang seharusnya dibuang.
Foodprint dianugerahi hibah pengurangan limbah sebesar $ 10.000 oleh Dewan Kota Nelson untuk diluncurkan di wilayah tersebut. Aplikasi ini akan diluncurkan pada tanggal 21 Maret.
Sekitar 20 restoran telah mendaftar di Nelson dan Tasman.
Kredit: radionz.co.nz