Penelitian baru telah menemukan bahwa program makan sekolah dapat berhasil memberi makan anak-anak tanpa menciptakan sisa makanan berlebih. Kuncinya adalah menawarkan berbagai makanan yang akrab dengan siswa dan menikmati makan. Studi yang didanai oleh Our Land and Water National Science Challenge, menemukan bahwa program-program ini gagal ketika mereka hanya berfokus pada kandungan nutrisi.
Program yang berhasil mencakup makanan yang disukai siswa, sebagai bagian dari hidangan yang relevan dan menarik secara budaya. Pendekatan ini mengurangi kemungkinan makanan dibiarkan tidak dimakan dan dibuang. Studi ini menekankan pentingnya program-program ini dalam mengatasi kesenjangan gizi dan mengurangi kemiskinan pangan.
Profesor Nitha Palakshappa, rekan pemimpin penelitian, mencatat bahwa banyak inisiatif yang gagal tidak menyediakan jenis makanan yang ingin dimakan siswa. Dia menjelaskan bahwa siswa lebih cenderung makan makanan yang biasa mereka makan di rumah.
Para peneliti menemukan bahwa program yang paling sukses memenuhi preferensi makanan unik dan budaya masing-masing sekolah. Mereka melakukan ini dengan menawarkan menu mingguan yang beragam dan multikultural berdasarkan preferensi siswa. Program-program ini juga bekerja sama dengan sekolah untuk meningkatkan pengalaman positif siswa tentang makanan dan mengurangi perasaan malu karena berpartisipasi dalam program ini.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa memiliki dapur di sekolah dapat membuat perbedaan yang signifikan. Hal ini memungkinkan makanan segar disajikan lebih cepat, yang lebih menarik daripada makanan yang dikirim. Ini juga mengurangi limbah makanan, karena jumlah siswa yang tepat dapat dilayani setiap hari.
Salah satu program makan yang sukses termasuk dalam penelitian ini adalah Kura Kai. Program ini menyediakan sekolah dengan freezer untuk menyimpan makanan yang dapat dibawa pulang siapa pun untuk memberi makan keluarga mereka atau orang lain di komunitas mereka. Pendekatan ini menciptakan lingkungan bebas rasa malu bagi siswa untuk mengakses makanan.
Beberapa sekolah menjalankan program Kura Kai Rangatahi, di mana siswa memasak makanan sendiri selama kelas, juga mendapatkan kredit akademik. Keterlibatan dalam proses memasak ini membantu menciptakan hubungan yang lebih kuat dengan makanan. Ini juga membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memberi makan keluarga dan komunitas mereka.
Studi ini menyimpulkan bahwa program makanan yang menghubungkan siswa dengan makanan yang bermakna budaya dan melibatkan mereka dalam seluruh proses – mulai dari menanam dan memanen hingga memasak dan melestarikan – membantu memperkuat identitas dan kesejahteraan budaya. Program ini juga meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakat luas.